AVALON BOULEVARD |
Tempat ini sangat asing, sangat asing. Ini pertama kalinya Slincair menjejaki kota Los Angeles setelah sekian lama hanya dapat melihatnya dari sebuah selebaran film-film Hollywood. Ini nyata, ini benar-benar nyata. Dengan tatapan berbinar, bercampur rasa penasaran, Ia ingin menanyakan nama-nama sejumlah tempat yang dilihatnya kepada sang pengemudi. Namun sepertinya sang pengemudi bukanlah seorang pemandu wisata yang baik. Sejak beberapa saat yang lalu, Ia selalu sibuk dengan alat komunikasi yang menempel di telinga bagian kanan-nya. Ia berbicara dengan rekannya yang seperti sedang memandunya ke suatu tempat. Dan serentak pada belokan ke sekian, sang pengemudi menatap Slincair dengan tatapan serius, “Boy, my name is Evan, this is your father decision to bring you here.” Sang pengemudi yang bernama Evan kemudian menyerahkan selembar kertas kepada Slincair “I hope that your he had told you something about this address.”
Slincair mengambil dan membacanya, sebuah lokasi dekat Avalon Boulevard, tanpa nama pemilik dan nomor, hanya Avalon Boulevard.
“I will drop you on that street, on Avalon Boulevard, I don’t know what you should do there.” Evan menatap mata Slincair melalui kaca spion. Terlihat bahwa Slincair yang sebelumnya sangat antusias, mulai sedikit ragu dan ketakutan.
Bagi Evan, Ia sudah melakukan tugasnya dengan sangat baik, yaitu membawa dan menurunkan Slincair di tempat yang telah ditentukan. Namun mungkin bagi Slincair ini adalah sesuatu yang sangat mengganggunya. Ia masih berusia 12 tahun pada saat itu dan tidak tahu banyak tentang sesuatu yang sangat wajar dilakukan oleh orang lain setelah turun dari mobil.
Terdapat sebuah gereja Katolik besar disekitar jalan tersebut, dan Avalon Boulevard tepat berada belokan berikutnya. Evan dengan sigap menurunkan Slincair di depan gereja Katolik tersebut dan menggandeng tangannya, serta membawanya berjalan beberapa saat menuju persimpangan menuju Avalon Boulevard.
Tepat pada posisi yang seharusnya dimana Slincair ditinggalkan, Evan mengelus rambut anak itu, dan nalurinya sebagai orang yang lebih tua seperti hendak enggan meninggalkannya sendiri. Tapi semua itu harus dilakukan, karena Ia hanyalah seorang perwira yang memiliki prosedur dan peraturan yang mengikat.
“Keep your courage, son.” Pesan Evan sebelum pergi meninggalkan Slincair sendirian di jalan tersebut.
Hati Evan berkecamuk, begitu juga sejumlah agen intelejen yang sedang bertengger di atas atap gereja, mengawasi Evan dan Slincair dari kejauhan, dan memastikan lokasi dimana Slincair diturunkan aman-aman saja.
Rating: 4.5 Description: AVALON BOULEVARD Reviewer: Denny Leo - Itemreviewed: Perjalanan Slincair
0 Komentar:
Post a Comment